Rabu (25/10) Dr. Nurhaeni Sikki, S.A.P., M.A.P selaku Wakil Rektor 3 Universitas Sangga Buana YPKP Bandung sekaligus mantan kowad pensiun dini menjadi pemateri pertama dalam Forum Internasional yang diberi nama Phnom Penh Forum (PPF) pada Minilateralisme Sentralitas ASEAN dan Rivalri Kekuatan Besar. yang merupakan kegiatan tahunan yang didirikan Royal Academy Of Cambodian (RAC). Kegiatan ini diikuti oleh berbagai negara seperti Korea, China, Kamboja, Australia, Rusia, Filipina, dan berbagai negara lainnya di International Institute of Cambodia (IIC). kegiatan ini dihadiri praktisi, dosen dan mahasiswa
Beliau menginjakkan kaki di Kamboja tidak hanya mengharumkan nama Universitas Sangga Buana YPKP saja, namun juga mewakili Indonesia. Materi yang diangkat dalam forum ini disesuaikan dengan era globalisasi dan digitalisasi yang membuat banyak perubahan di dunia begitu cepat dan signifikan. Terutama kawasan Asia-Pasifik, dengan ASEAN sebagai salah satu aktor yang menjadi pusat perhatian dalam dinamika geopolitik global. Klaim teritorial, pertumbuhan ekonomi, dan integrasi digital menjadi beberapa isu sebagai kunci yang mempengaruhi hubungan antar negara dikawasan ini. Sebagai generasi muda yang tumbuh dalam era digital, memiliki peran penting dalam membentuk masa depan.
Target dari materi ini diperuntukkan kepada generasi muda karena generasi muda ini sebagai agen perubahan (agent of change), oleh karena itu generasi muda dituntut harus mau tumbuh dan berkembang sesuai dengan zaman yang kekinian dan teknologi digitalisasi, yang bertujuan untuk memahami bagaimana dinamika geopolitik, digitalisasi, dan peran generasi muda saling berinteraksi dan mempengaruhi kawasan ASEAN.
“Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan masukan-masukan di kawasan ASEAN yang terkait pada jiwa politik. Jadi kegiatan ini konten forum platform (forum tahunan yang diselenggarakan dalam institusi Hubungan Internasional Kamboja)” , tuturnya.
“Melibatkan generasi muda dan memberi mereka suara serta mengembangkan pemikiran Mandiri mengenai isu politik ekonomi sosial dan budaya terkini melalui penyediaan alat dan sumber daya,” tuturnya.
Karakteristik Generasi muda di ASEAN ini tumbuh dalam era pasca-konflik dan digital, yang di mana mereka lebih terbuka terhadap ide-ide baru, adatif terhadap teknologi, dan memiliki semangat untuk membangun masa depan yang lebih baik. Sebagai agen perubahan generasi muda juga memiliki potensi untuk mempengaruhi kebijakan publik, mempromosikan perdamaian, kerja sama, dan membangun jembatan antar negara. Pemuda memiliki peran yang penting dalam proses pembangunan dan beradaptasi untuk menyelesaikan tantangan persoalan dalam bidang sosial dan lingkungan khususnya di era digital saat ini.
Dalam kegiatan tersebut, beliau merekomendasikan pihak Phnom Penh Forum (PPF) kedepannya untuk dapat mengundang mahasiswa Universitas Sangga Buana dengan tujuan agar membangkitkan rasa kepercayaan diri sebagaimana generasi penerus dalam menghadapi dunia yang selalu penuh dengan perubahan.
“Jangan takut untuk berkembang, tapi pengembangan diri itu jangan lupa berbahasa dengan baik. Tetaplah semangat karena generasi muda sebagai agen perubahan tingkat ASEAN”, ujarnya.
Salsa Kirani Royan Firdaus – Biro Humas, Protokoler dan Media