USB YPKP Dorong Lulusan Sarjana Menjadi Wirausaha, bukan Menjadi Pelamar Kerja

Table of Contents

Tingkat pengangguran di kalangan akademisi Strata Satu (S1) yang masih marak, harus disikapi dengan solusi aktif. Seorang lulusan perguruan tinggi, sudah tidak masanya lagi menjadi pelamar kerja, akan tetapi harus mampu menjadi penyedia lapangan pekerjaan atau pengusaha.

Rektor Universitas Sanggabuana (USB) YPKP Dr. H. Asep Effendi, SE., M.Si, mengungapkan, lima tahun terakhir ini pihaknya terus mengembangkan Perguruan Tinggi (PT) yang berbasis entrepreneurship atau kewirausahaan.

Hal ini bertujuan untuk mendorong agar lulusan dari USB YPKP bukan menjadi seorang pelamar kerja, akan tetapi pemberi kerja.

“Sejak tahun 2010 kami terus mendorong agar pola pikir mahasiswa bukan lagi pada tataran pelamar kerja nanti setelah lulus, melainkan menjadi wirausahawan yang bisa memberikan peluang kerja pada orang lain,” ungkapnya usai membuka acara Launching dan Perjanjian Kerjasama antara Kreatif Indonesia Emas (Kriez) dengan Inkubator Bisnis Universitas Sanggabuana YPKP (IBISS), di Kampus USB, Lala PHH Mustofa, Senin, (8/5/2015).

Sejauh ini, banyak inovasi mahasiswa yang sudah dihasilkan mulai dari produk fashion, support, hingga kuliner.

Dalam program inkubator bisnis ini mahasiswa tidak hanya akan diberikan pendampingan dalam sisi manajerial saja, melainkan juga diberikan solusi mengenai kelemahan di bidang usahanya masing-masing.

Pihaknya juga bekerjasama dengan lembaga pendampingan wirausaha kreatif, dan kementrian koperasi dan UMKM.

Ketua IBIIS Siti Widharetno Mursalim menyebutkan, inkubator bisnis ini dibuat untuk menjadikan mahasiswa lebih paham soal wirausaha. Di dalamnya tidak hanya mahasiswa yang bisa diberikan pendampingan tetapi juga dosen, karyawan, dan masyarakat umum.

“Kami akan memberikan pendampingan pada setiap anggota maksimal selama 3 tahun. Selama itu, mereka akan diberikan pendampingan pada sektor-sektor yang jadi kelemahan dari usahanya masing-masing,” jelasnya.

Pembinaan pun dilakukan dalam 3 tahapan, yakni pra inkubasi dimana pihaknya melakukan seleksi anggota atau tenan berdasarkan dari usaha mana yang memiliki potensi besar untuk berkembang.

Selanjutnya, masa inkubasi, dimana anggota diberikan pelatihan sesuai dengan kelemahan usahanya, dan Pasca Inkubasi dimana pihaknya melepas tenan untuk eksis di kancah usaha nasional tetapi juga internasional.

“Kita juga memberikan pendampingan di bidang managerial, pemasaran, hingga bantuan relasi untuk pendanaan modal usaha. Tergantung dari kebutuhan usaha tenannya,” terangnya.

Di Jawa Barat, kata Siti, baru USB yang menerapkan konsep ini dan langsung dibina oleh Kementrian Koperasi dan UMKM. Untuk gelombang pertama, pihaknya membuka 50 peserta yang nantinya akan seleksi maksimal menjadi 30 anggota. (sindonews/humas/adi)