Uiversitas Sangga Buana YPKP Bandung melakukan Kerjasama dengan LPK Nakayoshi Gakuin Center

Table of Contents

Kabar gembira bagi calon mahasiswa ataupun pekerja Indonesia, sebab tidak lama lagi akan ada kemudahan fasilitas kuliah di Negara Jepang disamping juga tersedianya kemudahan magang dan bekerja di perusahaan industri di negara yang terkenal sebagai Negeri Sakura ini.

Hal itu karena Universitas Sangga Buana (USB) YPKP Bandung menggandeng LPK Nakayoshi Gakuin Center melakukan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) serta penandatangan Memorandum of Agreement (MoA).

Penandatangan MoU dan MoA sendiri langsung dilakukan antara Rektor USB YPKP, Dr. H. Asep Effendi, SE., M.Si., PIA., CFrA., CRBC bersama Chief Executive Officer (CEO) LPK Nakayoshi Gakuin Center, Dede Permana S.T, yang dihadiri para Wakil Rektor, Direktur Program Pascasarjana, para dekan fakultas, Direktur Vokasi serta Direktur Kerjasama USB juga tampak hadir tim dari pihak LPK Nakayoshi Gakuin Center di Gedung Kampus USB YPKP, Bandung, Senin (11/10/2021).

Usai penandatanganan, Rektor USB YPKP Bandung Asep Effendi menjelaskan pihaknya menggandeng LPK Nakayoshi Gakuin Center bekerjasama guna memfasilitasi bagi calon mahasiswa dan pekerja Indonesia yang ada di Jepang untuk bisa sambil kuliah di USB YPKP jenjang D3, S1 dan S2 dengan sistem pembelajaran online.

Selain untuk calon mahasiswa atau pekerja Indonesia di Jepang, melalui program kerjasama antara USB YPKP dan LPK Nakayoshi Gakuin Center juga memfasilitasi bagi alumni-alumni USB YPKP untuk bisa magang dan bekerja di Industri di negara Jepang.

“Jadi kerjasama ini, yang pertama program pembelajaran. Ada calon mahasiswa di Jepang yang ingin kuliah di Sangga Buana melalui program ini akan difasilitasi. Jadi mereka pulang ke Indonesia, selain mendapatkan sertifikat kompetensi, mereka juga mendapatkan ijazah dari perguruan tinggi,” ujar Asep Effendi.

Yang kedua, sambungnya, kerjasama ini dibangun untuk mengirimkan alumni-alumni Sangga Buana yang ingin bekerja di Jepang melalui fasilitas kerja sama ini kita siapkan. Adapun untuk program pembelajaran, akan dikelola oleh masing-masing pimpinan fakultas dan direktur. Sebab ia menilai, saat ini dengan sistem pembelajaran online, hal itu memungkinkan mendapatkan peluang melaksanakan kuliah online.

“Jadi tidak ada jarak, waktu dan sekat ruang yang bisa kita tembus dengan media (pembelajaran) online,” katanya.

Masih menurut Asep Effendi, program kuliah ini tentunya berbeda dengan kelas karyawan yang saat ini sudah tersedia di USB YPKP.

“Ini namanya juga kelas kerjasama, pasti punya karakter yang berbeda. Artinya kelas ini kelas homogen, tidak dicampur dengan calon mahasiswa yang lain. Jadi betul-betul mereka adalah kelas kerjasama mahasiswa dari Jepang. Sehingga nanti pembelajaran, tata kelola administrasi dan sebagainya juga terpisah,” terangnya.

Sedang untuk program studi (Prodi), diungkapkan Asep Effendi, setiap prodi akan disediakan. Pihaknya pun berharap, ke depan satu prodi bisa memenuhi satu kelas, dengan kuantitas minimal 20 mahasiswa.

“Sementara ini yang ada masih dua atau tiga prodi saja. Tetapi kita mencoba mengoptimalkan dulu yang ada, satu kelas untuk dua puluh orang mahasiswa,” ucapnya.

Dengan adanya kerjasama ini, dirinya sangat berharap bisa saling memberikan manfaat dan kemajuan serta peningkatan sumber daya manusia Indonesia di dunia industri global.

“Sehingga harapan kita, alumni Sangga Buana bisa bekerja di Jepang. Dan orang-orang Indonesia dari Jepang pulang ke Indonesia untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah dari Sangga Buana,” harap Rektor.

Ditambahkan Asep Effendi, saat ini untuk pembelajaran tatap muka di kampus USB YPKP Bandung baru sebanyak 9 kelas. Hal ini berdasarkan survey yang dilakukan pihak kampus kepada mahasiswa.

“Dari sekian ratus kelas yang ada, itu hanya 9 kelas yang bersedia tatap muka. Maka kami melaksanakan yang 9 (kelas) dulu, yang lainnya nanti mengikuti,” ungkapnya.

Diakui Asep Effendi, ternyata mahasiswa itu sudah memiliki suatu habit atau kebiasaan, bahwa sejauh ini kuliah online itu enak, sehingga mereka tidak mau belajar ke kampus. Hal ini yang menjadi tantangan ke depan, bahwa pembelajaran yang ada itu harus masuk di blended learning atau metode belajar dimana proses belajar tatap kelas berpadu dengan proses e-learning secara harmonis.

Sementara itu, diungkapkan CEO LPK Nakayoshi Gakuin Center, Dede Permana dengan adanya kerjasama ini bisa meningkatkan SDM Indonesia yang sedang bekerja di Jepang. Karena menurutnya banyak minat dan ketertarikan bagi pekerja Indonesia yang ada di Jepang ingin melanjutkan pendidikan untuk jenjang karir.

“Karena kebutuhannya berbeda-beda, ada yang mereka ingin mengejar jenjang karir, dan siswa kami banyak yang pulang dari Jepang untuk kuliah lagi,” ungkapnya.

Diterangkan Dede Permana, LPK Nakayoshi Gakuin Center selain menyediakan pendidikan dan pelatihan bahasa Jepang juga menyalurkan pekerja sebagai SO (Send Organization). Sejauh ini tenaga yang dikirimkan ke industri Jepang sebagian besar lulusan tingkat SMA/SMK. “67 persen lulusan SMA. Sisanya D3 dan S1. Bekerja di bidang manufaktur, tenaga perawat dan konstruksi,” ujarnya.