Tingkatkan Kualitas Menulis Dosen, USB YPKP Gelar Workshop Terindeks Scopus

Table of Contents

Bandung – Selain melakukan aktivitas mengajar dan pengabdian kepada masyarakat, setiap dosen diwajibkan untuk penelitian. Hasil penelitian harus ditulis dalam bentuk karya ilmiah dan dipublikasikan dalam jurnal dengan reputasi baik seperti halnya Scopus. Scopus merupakan pusat data litelatur ilmiah di dunia yang melakukan penilaian apakah sebuah jurnal itu memiliki dampak signifikan atau tidak. Karenanya, setiap ilmuwan kini memimpikan karyanya dapat dipublikasikan di jurnal yang terindeks Scopus. Sayangnya keterbatasan wawasan dan keterampilan menulis di kalangan akademisi untuk menembus jurnal terindeks Scopus ini sangat terbatas.

Dalam rangka menjawab persoalan tersebut, Universitas Sangga Buaya YPKP menyelenggarakan kegiatan Workshop peningkatan mutu karya ilmiah dosen menuju publikasi terindeks Scopus. Menurut Ketua Panitia Dr. Erna Garnia., SE., MM., kegiatan ini selain meningkatkan kemauan dan kemampuan dosen dalam menulis karya ilmiah, juga meningkatkan produktivitas karya ilmiah dosen di Jawa Barat. “Bahkan kita juga akan menyajikan bagaimana agar para dosen dapat memahami trik yang baik agar karya tulisnya itu dapat diterima di Jurnals bereputasi baik sampai yang terindeks Scopus,” katanya.

Kegiatan Workshop sendiri dilaksanakan pada Kamis (26/4/2018) di Hotel Homan Bandung. Akan hadir sebagai keynote speech yaitu Guru Besar Komunikasi Unpad Prof. Dr. Engkus Kuswarno. Sedangkan narasumber pada kegiatan ini adalah Dr. Dr. H. Yadiman, M.H., dan Acep Purqon, Ph.D. Kegiatan yang akan dilaksanakan satu hari full ini diikuti 96 orang dosen yang terdiri dari 17 Perguruan Tinggi di Jawa Barat baik Negeri maupun Swasta.

Rektor USB YPKP Asep Effendi mengharapkan, para tenaga pengajar itu mampu mempublikasikan hasik karya risetnya.

“Kita mengharapkan, dari 147 dosen yang kita miliki proporsi dosen yang mampu menuliskan hasil risetnya di jurnal internasional bisa mencapai 50%,” kata Asep saat workshop peningkatan mutu karya ilmiah dosen di Bandung, Kamis (26/4)/2018).

Menurutnya, selama kurun waktu tiga tahun terakhir pihaknya menerima bantuan dana riset dari Kementerian Riset dan Perguruan Tinggi (Kemenrisetdikti). Terakhir, USB YPKP mendapatkan dana mencapai Rp800-900 juta untuk penelitian.

Bantuan berupa hibah penelitian itu diakuinya harus dipertanggungjawabkan. Salah satunya melalui publikasi hasil riset melalui jurnal yang terindeks Scopus.

“Setiap publikasi itu diharapkan mampu membantu negeri ini,” imbuhnya seraya menyebutkan publikasi tersebut pun untuk menaikkan reputasi dan daya daing perguruan tinggi.

Sementara itu, Ketua Panitia Erna Garnia mengakui workshop ini pun menjngkatkan produktivitas karya ilmiah dosen dj Jabar. Dalam kegiatan tersebut, peserta diberikan materi dan memahami trik agar karya tulis ilmjahnya bisa diterima di jurnal bereputasi baik.

“Untuk acara ini, ada 101 dosen sebagai peserta. Mereka berasal dari 18 perguruan tinggi di Jabar bail negeri, swasta, maupun kedinasan,” ujar Erna.

Jurnal Scopus merupakan pusat data literatur ilmiah di dunia. Lembaga ini melakukan penilaian apakah sebuah karya ilmiah yang dibuat itu memiliki dampak signifikan atau tidak.
Diakuinya, keterbatasan wawasan dan keterampilan menulis di kalangan akademisi untuk menembus jurnal terindeks Scopus ini relatif terbatas.

Workshop ini selain menyajikan materi-materi dari narasumber, juga akan langsung memberikan panduan berupa praktek di tempat tentang cara penulisan karya ilmiah terindeks scopus. Narasumber menurut Erna akan membimbing para peserta untuk mengkoreksi karya tulis hingga memiliki standar kelayakan untuk masuk di jurnal yang bereputasi. Oleh karena itu, Erna mensyaratkan setiap peserta untuk membawa tulisan hasil penelitian, yang kemudian nanti akan dikoreksi secara langsung dalam acara workshop tersebut.

Panitia Pengarah Dr. H. Yadiman menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk pembekalan penting bagi para akademisi khususnya yang ada di Jawa Barat terkait dengan persoalan minimnya publikasi karya ilmiah di Jurnal terindeks Scopus. Untuk itu, Yadiman berharap agar para akademisi tidak hanya melakukan riset dengan baik, tetapi juga dapat mempublikasikan hasil risetnya. Sebab menurutnya, hasil riset tidak akan bermanfaat jika tidak dipublikasikan ke dalam jurnal yang baik.

Seorang akademisi yang baik menurut Yadiman, mereka yang selalu meningkatkan etos ilmiahnya yang salah satunya adalah melakukan aktivitas penelitian. “Tetapi agar setiap hasil penelitiannya memiliki nilai kemanfaatan yang maksimal, maka kita harus menuliskan dan memasukannya ke Jurnal bereputasi baik, yaitu jurnal yang terindeks Scopus,” jelasnya.

(Feby Kurniawan/Humas)