Bagaimana dengan orang yang tidak mau berinvestasi, apakah itu sebagai langkah agar tidak mengenal risiko? Benarkah orang yang tidak berinvestasi tidak akan terkena risiko? Bagi orang yang berada di Bursa Efek Indoensia (BEI), justru tidak berinvestasi seringkali lebih berisiko dibandingkan investasi itu sendiri.
“Penghasilan yang kita dapatkan setiap minggu atau bulannya digunakan untuk konsumsi dan investasi, tapi kebanyakan di Indonesia penghasilan mereka habis untuk konsumsi,” tutur Gilman Pradana Nugraha dari BEI perwakilan Bandung dalam Kuliah Umum yang diselenggarakan oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sangga Buana (USB) YPKP, di Gedung Serbaguna USB YPKP, Rabu (19/3).
Acara dibuka oleh Dekan Fakultas Ekonomi USB YPKP Dadang Saeful Hidayat dan dihadiri oleh Wakil Rektor II USB YPKP Memi Sulaksmi. Pada kesempatan tersebut, Dadang Saeful Hidayat memberikan sambutannya terkait tujuan dan harapan diselenggarakannya kuliha umum yang bertema “Efektivitas Investasi di Pasar Modal dan Perkembangannya di Indonesia” itu.
Gilman melanjutkan, bahwa uang yang dibelanjakan ke konsumsi tidak akan tahan lama, dan memiliki jangka waktu yang pendek serta terbatas. “Berbeda halnya jika kita punya uang, dibelanjakan ke pasar modal dalam bentuk saham ataupun obligasi, maka akan bertambah harta kita di masa yang akan datang,” jelasnya.
Ia menyarankan agar masyarakat mulai menyadari manfaat dari investasi. “Uang ratusan ribu yang kita miliki bisa kita investasikan ke dalam saham karena investasi bisa menyicil. Daripada menyicil barang-barang kredit, mendingan nyicil investasi. Zaman sekarang bukan zaman nyicil kredit lagi, tapi zaman nyicil investasi,” terang Gilman.
Satu hal yang harus diingat dalam investasi, kata Gilman, yaitu prinsip “Don’t put all eggs in one basket (Jangan meletakkan semua telur dalam satu keranjang)”. Menurutnya, untuk mengurangi resiko tersebut, perlu menyebar penempatan investasi sehingga bisa terhindar dari resiko kerugian secara total.